27 July 2011

Ruwatan Rambut Reggae di Dataran Tinggi Dieng

BAGI para pencinta musik reggae, gaya rambut gimbal merupakan sangat popular. Tapi bila pemilik rambut gimbal ini datang ke daerah Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, situasinya akan lain. Bisa-bisa si rambut gimbal ini dianggap bala atau pembawa bencana.

Tradisi masyarakat yang tinggal di Dieng, Wonosobo dan sekitarnya mengharuskan anak-anak di atas umur tujuh tahun yang memiliki rambut
gembel (seperti rambut gimbal yang tumbuh alami) harus melakukan ruwatan cukur rambut gembel. Tujuannya agar segala 'bala' yang ditimbulkan sirna.

Masyarakat Wonosobo yang memiliki anak berrambut gembel dianggap bisa membawa musibah atau masalah dikemudian hari, tapi bila diruwat anak tersebut dipercaya akan mendatangkan rejeki. Disamping itu ruwatan ini bertujuan agar si anak bisa hidup dengan rambut yang normal.

Keberadaaan rambut gembel bisa jadi sebuah fenomena, karena hanya anak-anak di kawasan Wonosobo dan sekitarnya yang mengalaminya. Selain itu rambut gembel juga bukan karena keturunan karena rambut gembel bisa tumbuh pada siapa saja.

Berbagai mitos yang melatari keberadaan rambut gembel ini. Ada yang bilang rambut ini merupakan rambut Kurowo yang hidup di alam para dewa lalu secara turun-temurun rambut ini tumbuh kepada anak cucunya hingga kepada Ki Kolodete yang hidup di alam manusia.

Versi lain menyebutkan bahwa Ki Kolodete bersumpah tak akan memotong rambutnya dan tak akan mandi sebelum desa yang akan dibangunnya makmur. Kelak, keturunannya akan mempunyai ciri seperti dirinya. Itu pertanda akan membawa kemakmuran bagi desa yang ditinggalinya. Orang tua yang memiliki anak berambut gimbal mesti memperlakukan si anak dengan istimewa. Apa pun yang diminta sang anak akan dikabulkan. Jika tidak, orang tua mereka percaya petaka akan datang.

Masih banyak mitos lainya seperti anak rambut gimbal merupakan kesayangan Nyi Roro Kidul sedangkan lainnya menyebutkan bahwa anak rambut gembel merupakan anak titisan Keling yang menjadi anak kesayangan "dayang" yang "menghuni" kawasan Dieng.

Beragamnya mitos tersebut tidaklah terlalu berarti, yang pasti bagi orang tua yang memiliki anak berambut gembel, harus memperlakukan anaknya dengan istimewa karena bisa mendatangkan rejeki tapi bila tidak akan ada malapetaka.

Permintaan anak tersebut nantinya harus dibawa ketika ruwatan berlangsung selagi itu memang memungkinkan. Menurut riwayatnya permintaan tersebut harus dipenuhi karena bila tidak si anak akan sakit-sakitan bahkan bisa berujung kematian dan orang tua akan mengalami musibah.

Ritual cukur rambut gembel bertujuan untuk mengembalikan rambut gembel kepada yang Maha Kuasa, dan agar pemilik rambut gembel yang menitipkan pada anak tersebut rela rambutnya dicukur serta di kembalikan kepada Sang Khalik. Selain itu si anak yang dicukur rambutnya agar memperoleh keberkahan dan kesehatan.

Untuk melakukan ruwatan inti tokoh spiritual atau dukun harus memandikan anak tersebut terlebih dahulu. Bisanya airnya diperoleh dari tempat-tempat kramat di kawasan Dataran Tinggi Dieng seperti di Goa Sumur.
Lalu sesajen seperti tumpeng putih dengan dihiasi buah-buah yang ditancapkan, hal ini menggambarkan rambut gembel. Tumpeng dianggap kepala sedangkan untaian buah-buahan sebagai rambut gembelnya. Lalu ada ayam kampung yang telah digoreng (bakakak), jajanan pasar serta 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut, dan sebagainya.

Setelah berdoa dan kepala anak tersebut diasapi dengan kemenyan barulah sang dukun memotong rambut gembel tersebut dengan sebelumnya memasukkan cincin yang dianggap magis ke tiap helai rambut gembel lalu mencukurnya satu-satu. Rambut yang telah dicukur lalu dibungkus dengan kain putih lalu kemudian dilarung di Telaga Warna Dieng atau ke sungai.

Sampai saat ini keberadaan rambut gembel masih sebuah misteri di Dataran Tinggi Dieng (Wonosobo dan sekitarnya). Dan belum ada penelitian medis mengenai fenomena tersebut. Tapi dibalik itu semua, ruwatan cukur rambut gembel yang telah membudaya mampu menjadi daya tarik pariwisata Jawa Tengah, khususnya Dieng.


Sumber : travel.okezone.com

No comments:

Post a Comment

Ucapkan Rasa tentang itu...